Jumat, 07 Desember 2012

Dewi Pengetahuanku

melihatmu dari kejauhan saja saya sudah kepalang senang.
mendengar suaramu seperti mendengar alunan musik melodi.
mengetahui kabarmu senang bisa membuat saya kuat tdk makan sehari karena senang.

tingkah laku yang dulu saya lakukan hanya duduk di teras depan,
menunggu untuk bisa melihatmu, berusaha menyapamu,
kalau tidak melihatmu, tp setidaknya saya tahu kamu sedang ada disekitar saya.  

meskipun saya terlalu pengecut untuk hanya sekedar menyapamu.
yang bisa lakukan sekarang hanya mendoakanmu agar kamu bisa mencapai seluruh impianmu.
sembari saya terus memperbaiki kualitas diri.
dengan begitu kita bisa berjalan beriringan menuju janji hidup yang lebih baik.

meskipun sekarang saya hanya bisa melihatmu dr kejauhan,
mendengar senyap-senyap suaramu,
tp itu sudah lebih dari cukup.

untukmu sang Dewi Pengetahuanku.

Minggu, 11 November 2012

SETIA

http://youtu.be/zRAtZY2ticw

lagu ini begitu menyentuh hatiku yang terdalam. sangat indah, bisa membuatku sejenak mengingatmu. :) meskipun hanya sejenak, tapi itu sangatlah berharga. terimakasih telah membuat kenangan denganku. ^_^

practise

hasil uji coba latihan 30 menit. :D

Selasa, 06 November 2012

Recovery My Friend


 untuk temanku, janganlah kau menyesali apa yang telah terjadi, semua sudah tergariskan. semoga nanti kau akan menemukan yang terbaik bagimu. get well soon my brother. :)

Minggu, 04 November 2012

Poetry

POETRY FOR YOU

A woman comes in the name of love.
A mother leaves becouse of love
Suffused with an orange poison.
Your face is like a moon sound asleep in your heart.
Walled in by darkness and cold.
What is the matter with them?
Leaving one’s heart to be scorned.
And for once i witness heaven’s work through the eyes of eve.
Whats wrong with love?
And,
I will surely return when the moon is full.
To ask again of her love.
Not for her, not for anyone.
But for myself.
Because i want you.
And that is all.


Poetry from Rangga to Cinta. dalam film Ada Apa Dengan Cinta.

Rabu, 31 Oktober 2012

terulang kembali.

malam kini semakin larut, tetapi kenapa mata ini tidak dapat terpejam??
adakah hal yang menyebabkan kelopak mata tidak mau menutup??
padahal ada begitu banyak keindahan jika mata terpejam.
karena kita bisa membayangkan apa saja yang kita inginkan.
namun rasanya mata ini lebih membutuhkan kenyataan dari pada hanya sebuah mimpi belaka.

mudah datang, mudah pula pergi.
tetapi saya tidak seperti itu.
karena menurut saya, apapun yang kita dapatkan itu adalah hasil dari perjuangan kita.
hasil dari benih yang kita tanam.
meskipun kita bisa mendapatkannya dengan mudah,
tetapi jika itu baik untuk kita, mengapa kita mudah melepaskannya???
pasti kita akan memperjuangkan untuk memiliki itu lebih lama bukan??

pikiran bisa berbeda dengan hati.
hati tak selalu sama dengan ucapan.
ucapan belum tentu sama dengan tindakan.
namun tindakan berawal dari rangsangan.
itu sebabnya ada pepatah tak akan ada asap jika tidak ada api.
segala sebab, akan ada akibat kata anak jurusan fisika.
aksi=reaksi kata teman-teman di jurusan kimia.
A+B=C akan sama dengan C-A=B kata sahabat dari jurusan matematika.
pak tani pun bilang apa yang kita tanam itu yang akan kita panen.
tapi mengapa kejujuran justru mendapatkan ketidakpercayaan??

jika boleh mencontek iklan di tv,
saya akan mencontek iklan internet salah satu provider.
karena membuat iklan secara paradoks.
apakah hidup saya ini juga sebuah paradoks??

beberapa pertanyaan yang kembali muncul.
Nuha & Syzygium

Minggu, 14 Oktober 2012

Laporan hasil observasi Fisiologi Hewan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini berbagai macam penyakit sangat sering muncul dan secara tidak disadari baik manusia maupun hewan terjangkit dan mengidap penyakit. Penyakit-penyakit yang muncul disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri maupun virus, dan tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak mendukung untuk dijadikan tempat tinggal. Secara tidak langsung penyakit tersebut akan menular dan berakibat pada munculnya wabah yang kadang sulit untuk dikendalikan.
Berbagai macam penyakit yang muncul umumnya sulit terdeteksi dan kalaupun bisa dilakukan pendeteksian sebagian besar mengabaikan adanya pencegahan secara dini. Akibatnya wabah penyakit cepat menyebar dan sulit dikendalikan.
Selain manusia hewan pun mudah untuk terjangkit penyakit. Tentunya hal ini sangat disayangkan apabila yang terkena adalah hewan kesayangan yang telah kita pelihara dan kita rawat dengan sebaik mungkin. Hewan-hewan yang sering dipelihara adalah anjing dan kucing. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk melakukan pencegahan agar hewan peliharaan kita tidak mudah terserang penyakit. Dan yang lebih menghawatirkan lagi adalah hewan-hewan peliharaan itu terbilang cukup dekat dengan pemeliharanya, sehingga dihawatirkan penyakit yang diidap oleh hewan peliharaan dapat menular ke manusia. Oleh karena itu untuk mencegah adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut di atas perlu adanya pencegahan sejak dini.
Adapun upaya pencegahan dini yang dapat dilakukan untuk memperkecil kemungkinan adanya penularan penyakit dari hewan peliharaan ke manusia adalah adanya pemeliharaan kebersihan yang baik terhadap tempat makanan, tempat minuman, kandang, tubuh hewan peliharaan dan hal-hal lain yang berpotensi dapat tertular oleh bakteri penyakit. Selain usaha tersebut perlu adanya usaha lain yang berkaitan dengan sistem yang bekerja di dalam tubuh yaitu dengan adanya pemberian vaksin. Baik vaksin yang diberikan sejak kecil atau sebelum terkena penyakit maupun yang setelah terkena penyakit. Kegiatan pemberian vaksin ini biasa disebut dengan vaksinasi. Untuk itu sangat penting untuk mempelajari bagaimana vaksinasi ini dilakukan.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil pada penelitian in adalah sebagai berikut:
a.       Penyakit apa saja yang menyerang kucing dan anjing?
b.      Bagaimana vaksinasi yang bisa diberikan pada hewan tersebut?
c.       Bagaimana reaksi tubuh kedua hewan tersebut terhadap vaksin yang disuntikkan?

C.     Penegasan Istilah
1.      Zoonosis
Zoonosis berasal dari bahasa Perancis "zoonotic" yang artinya penyakit yang bersumber dari hewan dan dapat ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah. Kejadian wabah penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
2.      Vaksinasi
Proses vaksinasi adalah dengan memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit.
3.      Imunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.

D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui adanya penyakit yang menyerang pada hewan piaraan khususnya pada anjing dan kucing yang dapat menular pada manusia.
2.      Untuk mengetahui proses vaksinasi yang diberikan pada kedua jenis hewan tersebut.
3.      Untuk mengetahui reaksi tubuh hewan terhadap vaksin yang disuntikkan.

E.     Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharap banyak manfaat yang dapat diambil. Adapun manfaat yang dapat diambil meliputi:
1.      Memberikan informasi khususnya pada mahasiswa dan masyarakat pada umumnya tentang penyakit apa saja yang terdapat pada hewan yang bisa menular pada manusia.
2.      Dapat dijadikan referensi dalam upaya pencegahan penyakit hewan yang kemungkinan menular pada manusia.
3.      Dapat memotivasi untuk melakukan pencegahan secara dini terhadap munculnya wabah penyakit yang ditularkan oleh hewan.






















BAB 11
ISI

A.    Tinjauan Pustaka
1.      Anjing
Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Orang senang memelihara anjing karena anjing binatang yang pintar. Anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi menurut penelitian ilmiah dan bukti-bukti lapangan.
Istilah anjing mengacu pada anjing hasil domestikasi Canis lupus-familiaris. Anjing pernah diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linnaeus di tahun 1758. Tapi di tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika anjing ditetapkan sebagai subspesies serigala abu-abu Canis lupus. Di Indonesia, anjing hutan yang asli pulau Sumatra dan Jawa disebut Ajag.
Sebagian ahli hewan sekarang sedang memperdebatkan anjing peliharaan tergolong binatang omnivora atau karnivora berdasarkan makanan yang dimakan. Klasifikasi ke dalam ordo karnivora tidak berarti anjing harus makan daging melulu. Anjing peliharaan bisa bertahan hidup sehat hanya dengan pakan vegetarian yang diramu dengan baik, khususnya yang mengandung susu dan telur. Tapi beberapa sumber justru meragukan hal ini, anjing vegetarian dikuatirkan bisa mengalami pembesaran otot jantung
Sebagian makanan yang biasa dinikmati manusia bisa berakibat fatal bagi anjing, termasuk di antaranya coklat (keracunan Teobromina), bawang bombay (bawang merah), buah anggur, kismis, beberapa jenis permen karet, pemanis buatan tertentu,[12] dan kacang Makadamia. Sekarang berhasil diketahui bahwa kakao adalah zat berbahaya bagi anjing, sedangkan coklat putih mungkin tidak berbahaya.
Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan-ringan hingga yang berbahaya. Beberapa penyakit di antara juga merupakan penyakit pada manusia, tapi sebagian lainnya merupakan penyakit khusus anjing. Seperti halnya mamalia, anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban tinggi, atau perubahan temperatur yang drastis.
Penyakit menular yang mudah menyerang anjing di antaranya penyakit rabies (anjing gila), parvovirus, leptospirosis dan distemper. Penyakit bawaan pada anjing yang diturunkan secara genetik di antaranya penyakit HD (kelainan formasi persendian pangkal paha), kelainan sendi lutut (patellar luxation), hingga epilepsi dan kelainan katup pembuluh darah paru (pulmonal stenosis). Anjing bisa menderita hampir semua penyakit yang bisa diderita manusia, mulai dari hipotiroidisme, kanker, sakit gigi, hingga penyakit jantung.
Hewan parasit yang sering menyerang bagian tubuh anjing bagian luar adalah berbagai jenis kutu, tungau dan caplak. Sedangkan hewan parasit yang hidup di dalam perut anjing adalah cacing gelang, cacing cambuk, cacing kait, dan cacing tambang. Selain hewan-hewan yang disebutkan di atas ada juga bakteri yang dapat menimbulkan penyakit bagi anjing, yaitu salah satunya adalah Leptospira sp.

2.      Zoonosis pada hewan peliharaan
Zoonosis berasal dari bahasa Perancis "zoonotic" yang artinya penyakit yang bersumber dari hewan dan dapat ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah. Kejadian wabah penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Badan / lembaga internasional yang mengurusi penyakit ini adalah OIE ( Organitation International of Epizootic) yang berada di bawah naungan lembaga kesehatan PBB yaitu WHO. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, penyakit zoonosis menjadi ancaman yang paling serius sehingga penyakit zoonosis ini mendapat perhatian khusus dari departemen kesehatan Republik Indonesia. Untuk menangani penyakit zoonosis ini departemen kesehatan bekerja sama dengan Dirjen peternakan dan Dirjen kesehatan hewan.
Indonesia sampai sejauh ini selalu dirundung masalah penyakit zoonosis ini dan seolah-olah kasus penyakit zoonosis silih berganti menyerang Indonesia. Kejadian wabah penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus misalnya penyakit mulut dan kuku pada sapi, influenza pada unggas dan babi, dan rabies pada anjing, kucing, dan kera. Penyakit rabies pada anjing, kucing, dan kera disebabkan oleh Rhabdovirus. Penularan ke manusia biasanya karena disebabkan oleh gigitan hewan yang terjangkiti. Virus rabies masuk ke manusia melalui gigitannya dan virus ini akan menyebar ke susunan system saraf manusia hingga ke otak dan akan menyebabkan kematian. Untuk penyakit zoonosis yang disebabkan bakteri dan pernah mewabah di Indonesia yaitu anthrax. Bakteri penyebab anthrax yaitu Baccillus Anthraxis yang sering menyerang sapi. Penularan ke manusia disebabkan manusia mengkonsumsi daging yang mengandung virus anthrax. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit misalnya toxoplasma gondii. Parasit ini sering ditemukan pada kucing dan kambing. Pada kucing biasanya ditularkan karena manusia sering kontak langsung dengan kucing, air liur kucing, dan perabotan makan manusia yang dijilati oleh kucing. Pada kambing ditularkan jika manusia mengkonsumsi daging kambing yang belum matang, biasanya berupa sate ataupun steak. Efek yang ditimbulkan bagi wanita hamil adalah keguguran, dan pada pria dapat menyebabkan kemandulan.
3.      Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak sekali jenis sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya efektif untuk beberapa jenis (strain) saja.
4.      Vaksinasi
Proses vaksinasi adalah dengan memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit.
Prinsip dasar vaksinasi yaitu untuk menginduksi respon imun spesifik hewan terhadap patogen tertentu bukan terhadap penyakit. Saat hewan terpapar agen penyakit, tubuh akan berespon melalui sel - sel imun untuk menolak dan menghancurkan agen penyakit tersebut. Bila kemampuan sel - sel imun tidak sebanding dengan agen penyakit yang menyerang, maka hewan akan terjangkit penyakit dan ditandai dengan munculnya gejala klinis. Pada kondisi ini, vaksinasi justru tidak dapat dilakukan karena dapat menambah beban kerja sel - sel imun untuk menangkis agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Hewan yang baru lahir akan memperoleh kekebalan pasif dari susu induk dimana antibodi yang didapat dari induk ini memberikan imunitas secara lokal. Vaksinasi sebaiknya dilakukan mulai umur 6-8 minggu, karena pada umur ini antibodi yang diterima dari induk mulai berkurang. Mulai umur 4 minggu sistem imun anak anjing maupun kucing mulai berkembang dan menghasilkan antibodi yang beredar dalam darah. Imunitas pasif yang bersifat sistemik ini melindungi hewan dari agen penyakit yang memasuki pembuluh darah melalui infeksi lokal baik pada kulit maupun mukosa membran saluran respirasi, gastrointestinal maupun urogenital. Namun karena fungsi imunitasnya yang baru berjalan di usia 4 minggu, sedangkan di usia 6-8 minggu imunitas dari induk mulai berkurang, maka besar kemungkinan anak anjing dan kucing sangat rentan terserang penyakit di usia ini.
Untuk pencegahan terhadap penyakit menular tertentu, sel-sel imun anak anjing maupun kucing harus siap baik dalam hal kapasitas maupun kuantitas untuk melindungi tubuh dari agen penyakit yang masuk. Itulah sebabnya mengapa vaksinasi penting diberikan, karena dengan vaksinasi inilah sistem imun anak anjing maupun kucing diinduksi untuk menghasilkan kekebalan yang cukup terhadap agen penyakit dan mengurangi resiko fatal saat terserang agen penyakit terutama penyakit menular yang contagious.
Berikut adalah jadwal vaksinasi yang teratur pada anjing:
6-8 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DP (Distemper dan Parvovirus)
- Pemberian obat cacing
10-12 minggu :
- Pemberian umum
- Vaksinasi PiBr (Parainfluenza dan Bordetella)
14-16 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPI (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis dan Parvovirus)
20 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPII+R (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
5 bulan (khusus untuk anjing yang belum pernah divaksin)
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLP +R (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk menjaga kandungan antibody tetap tinggi.
Sedangkan pada kucing sebagai berikut:
Usia 6-8 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan panleukopenia
Usia 8-12 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan panleukopenia
Usia 12-16 minggu: rhinotracheitis, calicivirus, panleukopenia dan rabies
Setelah itu diberikan vaksin booster diberikan setahun kemudian. Vaksin tahun-tahun berikutnya dapat anda konsultasi kan pada dokter hewan setempat sesuai dengan kasus yang terjadi di daerah tempat anda tinggal.
Vaksinasi terhadap leptosporosis adalah salah satu cara untuk memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada belum dapat memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Pada kucing tidak tersedia vaksin Leptospira karena infeksi pada kucing sangat jarang terjadi.
Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing selama 6-8 bulan. Anjing dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan vaksinasi dua kali dalam setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu sebaiknya tidak menggunakan vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter hewan memberikan vaksinasi pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Di karenakan infeksi Leptospira yang dapat berakibat fatal maka disarankan bagi anda yang memiliki anjing untuk berkonsultasi dengan dokter hewan anda.

5.      Reaksi Tubuh Hewan
Beberapa hewan mengalami reaksi tubuh setelah vaksinasi seperti demam dan rasa sakit pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada hewan muda yang menyebabkan mereka kehilangan napsu makan dan terlihat lebih banyak beristirahat. Sebagian kecil dari populasi hewan dapat mengalami reaksi alergi pasca vaksinasi yang lebih parah, seperti wajah membengkak dan bahkan muntah, namun reaksi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemberian antihistamin. Jika hewan kesayangan anda pernah mengalami reaksi pasca vaksinasi demikian, janganlah anda menghindari vaksinasi berikutnya, namun sebelum melakukan vaksinasi beritahulah dokter hewan anda tentang hal ini sehingga reaksi alergi dapat dicegah.

B.     Metode Penelitian
1.      Waktu dan Tempat Observasi
Waktu :
Tempat: Klinik hewan/ Praktik Hewan Griya Satwa Lestari yang terletak di Jl. Singosari Raya 30 Semarang.
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah hewan yang biasa dipelihara dan dijadikan binatang kesayangan di rumah.
b.      Sampel
Untuk sampel yang dipilih adalah anjing dan kucing, dengan pertimbangan kedua jenis hewan ini adalah yang dominan dijadikan hewan peliharaan dan bahkan ada yang menjadikannya sebagai hewan kesayangan. Sehingga adanya kontak dengan si pemilik akan lebih sering. Maka dari itu kemungkinan terjadi penularan juga lebih besar.

3.      Variabel Penelitian
a.       variabel bebas              : penyakit menular karena anjing dan kucing,
b.      Variabel terikat           : pemberian vaksin, dan reaksi tubuh terhadap vaksin.

4.      Alat dan bahan Penelitian
a.       Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain sebagai berikut:
a)      Alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting
b)      Kamera digital untuk mendokumentasikan kegiatan observasi
b.      Bahan/ sumber data
a)      Dokter hewan di tempat observasi
b)      Anjing dan kucing yang dijadikan sampel observasi

5.      Prosedur Penelitian
a.       Mencari literatur tentang penyakit zoonosis, vaksinasi dan sistem imun dari berbagai sumber baik buku, internet, koran maupun majalah.
b.      Menyusun proposal layaknya proposal penelitian dengan melakukan kajian-kajian berdasarkan informasi yang telah diperoleh.
c.       Melakukan konsultasi dengan dosen pengampu tentang rencana observasi yang akan dilakukan.
d.      Mempelajari kembali dan menganalisis proposal tentang rumusan masalah dan prosedur penelitian serta mementukan waktu yang pasti kapan dilaksanakan observasi.
e.       Melakukan observasi di Klinik hewan, dan melakukan wawancara dengan dokter yang menangani penyakit pada anjing dan kucing pada khususnya, kemudian berusaha menggali informasi sebanyak mungkin untuk memperjelas pemaahaman tentang vaksinasi yang dilakukan.
f.       Menganalisis data yang telah diperoleh dari dokter, kemudian melakukan pembahasan terhadap data tersebut. Dalam melakukan analisis ini ditekankan pada jenis penyakit yang biasanya menular pada manusia, pemberian vaksin dan reaksi tubuh anjing dan kucing terhadap vaksin tersebut.
g.      Melakukan koreksi ulang serta menelaah kembali pembahasan dari laporan yang telah disusun.
h.      Menarik kesimpulan dari pembahasan hasil observasi.




C.     Hasil Penelitian
Bedasarkan observasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal 18 Mei 2010 di klinik hewan / Praktik Hewan Griya Satwa Lestari yang terletak di Jl. Singosari Raya 30 Semarang, diperoleh data sebagai berikut:
1.      Penyakit-penyakit yang biasa diderita hewan pelihara (kucing dan anjing) antara lain:
a.       Penyakit pada kucing
1)            Toksoplasma : berdasarkan keterangan dari narasumber, penyakit ini belum ada vaksinya
2)            Penyakit lain yang banyak disebabkan oleh jamur
b.      Penyakit pada anjing
1)            Rabies
Biasa disebut juga penyakit anjing gila merupakan penyakit yang paling ganas pada hewan karena dapat membunuh hewan yang terkena penyakit ini dan dapat pula menular pada manusia. pada prakteknya rabies yang terdapat pada anjing, kasusnya sudah jarang dimukan sejak tahun 1997 terutama di wilayah Semarang.
Tiga golongan mengenai penyakit ini:
a)      Stadium Melancholium yang mengakibatkan anjing terlihat gelisah, kehilangan selera minum danmakan.
b)      Stadium Exitatie yang dalam beberapa hari saja dapat membuat anjing menggigit apa saja , lalu kabur sampai beberapa jauh kilometer.
c)      Stadium Paraltycum yang dalam waktu seminggu dapat membuat anjing menjadi lumpuh dan mati. Anjing biasanya harus mendapat vaksinasi Rabies pada umur 5 bulan.
2)         Canine Distemper
Radius penyebarannya dapat mencakup seluruh dunia, cara penularan penyakit ini melalui sentuhan, dan udara. Biasanya menyerang anjing pada usia muda dan anjing dewasa yang daya tahan tubuhnya tidak baik. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tertinggi , yakni 80% penderita .
Gejala-gejalanya : demam, gelisah, tidak nafsu makan, mencret, keluar cairan ingus, batuk dan radang paru-paru. Kadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit.. Tanda-tanda pada syaraf meliputi kejang otot, kejang gagau, dan kelumpuhan . Anjing harus sudah mendapatkan vaksinasi Distemper sebelum berusia 3 bulan.
3)         Parvo virus
Penyebaran penyakit ini sama dengan penyakit Canine Distemper. Hanya 10 % dari penderita penyakit ini yang bisa bertahan hidup. Gejalanya anjing mengalami diare dan muntah karena virus ini menyerang pada bagian pencernaan. Penyakit ini hampir sama dengan penyakit muntaber pada manusia. Anjing akan kehilangan banyak cairan , muntah darah dan berak darah. Anjing harus mendapatkan vaksinasi Parvo sebelum berumur 3 bulan.
4)         Leptosrirosis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak sekali jenis sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya efektif untuk beberapa jenis (strain) saja.
a)         Infeksi
Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan.
b)         Gejala
Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas tinggi, menggigil, dan otot menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada hati dan ginjal terlihat.
Pada infeksi subakut, gejala yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu makan menurun, dehidrasi, dan rasa haus yang meningkat. Anjing akan menjadi pendiam/malas karena rasa sakit pada otot dan ginjal. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir (ikterus). Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah infeksi berjalan selama 2-3 minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak memperlihatkan gejala yang signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
c)         Terapi
Pemberian antibiotik seperti penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi, dan kontrol muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan yang intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan kemungkinan harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut menjadi hewan carrier.
d)        Cara Penularan ke manusia
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.
2.      Vaksinasi
Berdasarkan keterangan dari narasumber anjing yang dalam kondisi sakit tidak diizinkan untuk langsung diberi vaksin, melainkan dikarantina terlebih dahulu atau dipulihkan terlebih dahulu kekebalah dalam tubuhnya. Hal tersebut dikarenakan pada prinsipnya vaksinasi tersebut adalah upaya memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit, sehingga apabila hewan yang akan divaksin dalam keadaan sakit maka akan menimbulkan sakit baru atau sakit yang dideritanya lebih parah.
Berikut adalah program vaksinasi yang dianjurkan oleh dokter:
6-8 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DP (Distemper dan Parvovirus)
- Pemberian obat cacing
10-12 minggu :
- Pemberian umum
- Vaksinasi PiBr (Parainfluenza dan Bordetella)
14-16 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPI (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis dan Parvovirus)
20 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPII+R (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
5 bulan (khusus untuk anjing yang belum pernah divaksin)
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLP +R (Distemper, Hepatitis, Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk menjaga kandungan antibody tetap tinggi.
Sedangkan pada kucing sebagai berikut:
Usia 6-8 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan panleukopenia
Usia 8-12 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan panleukopenia
Usia 12-16 minggu: rhinotracheitis, calicivirus, panleukopenia dan rabies
Setelah itu diberikan vaksin booster diberikan setahun kemudian. Dan dianjurkan pula untuk diberikan vaksin tiap tahunnya.
3.      Reaksi Tubuh Hewan
Kebanyakan hewan yang telah divaksinasi tidak menunjukan reaksi dalam tubuhnya, ttetapi ada juga beberapa hewan mengalami reaksi tubuh setelah vaksinasi seperti demam dan rasa sakit pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada hewan muda yang menyebabkan mereka kehilangan napsu makan dan terlihat lebih banyak beristirahat. Sebagian kecil dari populasi hewan dapat mengalami reaksi alergi pasca vaksinasi yang lebih parah, seperti wajah membengkak dan bahkan muntah, namun reaksi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemberian antihistamin.

D.    Pembahasan
Bedasarkan hasil observasi yang telah dilakukan berkaitan dengan parasit, terutama parasit pada anjing yang menjadi khasus penelitin ini adalah parasit bakteri Leptospira sp yaitu kuman patogen dan digolongkan sebagai zoonosis. Menurut penjelasan dari nara sumber Bakteri ini menyerang bagian ginjal dan hati sehingga anjing mengalami gangguan kesehatan seperti menunjukkan gejala, yaitu demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan mata makin lama bertambah kuning. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang diperhatikan terutama pembuangan sampah.
Anjing yang digunakan untuk pengamatan adalah anjing yang dirawat di klinik tersebut dengan khasus terinfeksi bakteri leptospira sp, kondisi fisik yang terlihat yaitu badannya kurus, mata terlihat kuning, sering muntah, depresi dan pobia terhadap manusia.
Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan. Tapi pada  beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada hati dan ginjal terlihat.
Vaksinasi merupakan  salah satu cara untuk memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada belum dapat memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Vaksin untuk penyakit leptospirosis bersifat gabungan antara lain vaksin parvo, vaksin disentamper, vaksin parainfluenza, vaksin hepatitis, vaksin koronavirus dan vaksin leptospirosis.
 Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing selama 6-8 bulan. Anjing dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan vaksinasi dua kali dalam setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu sebaiknya tidak menggunakan vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter hewan memberikan vaksinasi pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Infeksi Leptospira dapat berakibat fatal maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter hewan apabila akan dilakukan faksinasi, karena hewan harus dalam kodisi sehat. Misalkan hewan terebut mengalami gangguan pencernaan seperti diare maka harus diobati terlebih dahulu sampai benar-benar sembuh agar tidak lebih parah karena pada prinsipnya tubuh akan membentuk antibody terhadap vaksin tersebut dalam keadaan sehat.
Beberapa hewan mengalami reaksi tubuh setelah vaksinasi seperti demam dan rasa sakit pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada hewan muda yang menyebabkan mereka kehilangan napsu makan dan terlihat lebih banyak beristirahat. Sebagian kecil dari populasi hewan dapat mengalami reaksi alergi pasca vaksinasi yang lebih parah, seperti wajah membengkak dan bahkan muntah, namun reaksi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemberian antihistamin Jika hewan pernah mengalami reaksi pasca vaksinasi demikian. Pemberian antibiotik seperti penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi, dan kontrol muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan yang intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan kemungkinan harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut menjadi hewan carrier.
Leptospirosis menular antar hewan terjadi melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi, melalui kontak kelamin pada saat pacak (venereal) dan penularan induk ke janin (placental) dan luka gigitan. Peningkatan infeksi paling sering terjadi di kennel. Penularan secara tidak langsung terjadi karena terkontaminasinya sumber air, tempat makanan, tempat minuman dan kandang. Habitat Leptospira yaitu pada air yang tergenang dan air yang mengalir lambat. Biasanya penyakit akan meningkat pada musim banjir. Pada daerah kering, infeksi terjadi di daerah sumber air. Tikus adalah salah satu hewan yang biasa disebut sebagai hewan carrier yang dapat menyebarkan bakteri ini.


 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan dan pembahasan diatas, dapat disimpulakan:
1.      Zoonosis merupakan penyakit yang bersumber dari hewan dan dapat ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah.
2.      Leptospirosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan dapat menyerang hewan dan manusia.
3.      Gejala dari penyakit leptospirosis yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.
4.      Bagian tubuh yang diserang bakteri Leptospira sp yang dapat menyebabkan kematian adalah bagian hati dan ginjal.
5.      Gabungan vaksi yang digunakan untuk mengatasi penyakit leptospirosis pada anjing adalah vaksin parvo, vaksin disentemper, vaksin parainfluensa, vaksin hepatitis, vaksin coronavirus dan vaksin leptospirosis.

B.     Saran
Setelah dilakukan penelitian adapun saran  yang dapat disampaikan antara lain:
1.      Menjaga kebersihan tempat makanan dan minuman serta kandang anjing dari potensi terinfeksi bakteri atau virus parasit.
2.      Melakukan vaksinasi secara bertahap sesuai dengn program yang dianjurkan dokter.
3.      Membersihkan diri setelah melakukan kontak langsng dengan hewan peliharaan dan yang terpenting adalah Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).