salah satu pelampiasan dalam kehidupan yaitu melalui menulis. hanya sebatas menuliskan apa yang ingin saya tulis, semoga bisa menjadi apa yang ingin anda baca.
Rabu, 31 Oktober 2012
terulang kembali.
malam kini semakin larut, tetapi kenapa mata ini tidak dapat terpejam??
adakah hal yang menyebabkan kelopak mata tidak mau menutup??
padahal ada begitu banyak keindahan jika mata terpejam.
karena kita bisa membayangkan apa saja yang kita inginkan.
namun rasanya mata ini lebih membutuhkan kenyataan dari pada hanya sebuah mimpi belaka.
mudah datang, mudah pula pergi.
tetapi saya tidak seperti itu.
karena menurut saya, apapun yang kita dapatkan itu adalah hasil dari perjuangan kita.
hasil dari benih yang kita tanam.
meskipun kita bisa mendapatkannya dengan mudah,
tetapi jika itu baik untuk kita, mengapa kita mudah melepaskannya???
pasti kita akan memperjuangkan untuk memiliki itu lebih lama bukan??
pikiran bisa berbeda dengan hati.
hati tak selalu sama dengan ucapan.
ucapan belum tentu sama dengan tindakan.
namun tindakan berawal dari rangsangan.
itu sebabnya ada pepatah tak akan ada asap jika tidak ada api.
segala sebab, akan ada akibat kata anak jurusan fisika.
aksi=reaksi kata teman-teman di jurusan kimia.
A+B=C akan sama dengan C-A=B kata sahabat dari jurusan matematika.
pak tani pun bilang apa yang kita tanam itu yang akan kita panen.
tapi mengapa kejujuran justru mendapatkan ketidakpercayaan??
jika boleh mencontek iklan di tv,
saya akan mencontek iklan internet salah satu provider.
karena membuat iklan secara paradoks.
apakah hidup saya ini juga sebuah paradoks??
beberapa pertanyaan yang kembali muncul.
adakah hal yang menyebabkan kelopak mata tidak mau menutup??
padahal ada begitu banyak keindahan jika mata terpejam.
karena kita bisa membayangkan apa saja yang kita inginkan.
namun rasanya mata ini lebih membutuhkan kenyataan dari pada hanya sebuah mimpi belaka.
mudah datang, mudah pula pergi.
tetapi saya tidak seperti itu.
karena menurut saya, apapun yang kita dapatkan itu adalah hasil dari perjuangan kita.
hasil dari benih yang kita tanam.
meskipun kita bisa mendapatkannya dengan mudah,
tetapi jika itu baik untuk kita, mengapa kita mudah melepaskannya???
pasti kita akan memperjuangkan untuk memiliki itu lebih lama bukan??
pikiran bisa berbeda dengan hati.
hati tak selalu sama dengan ucapan.
ucapan belum tentu sama dengan tindakan.
namun tindakan berawal dari rangsangan.
itu sebabnya ada pepatah tak akan ada asap jika tidak ada api.
segala sebab, akan ada akibat kata anak jurusan fisika.
aksi=reaksi kata teman-teman di jurusan kimia.
A+B=C akan sama dengan C-A=B kata sahabat dari jurusan matematika.
pak tani pun bilang apa yang kita tanam itu yang akan kita panen.
tapi mengapa kejujuran justru mendapatkan ketidakpercayaan??
jika boleh mencontek iklan di tv,
saya akan mencontek iklan internet salah satu provider.
karena membuat iklan secara paradoks.
apakah hidup saya ini juga sebuah paradoks??
beberapa pertanyaan yang kembali muncul.
![]() |
| Nuha & Syzygium |
Minggu, 14 Oktober 2012
Laporan hasil observasi Fisiologi Hewan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini berbagai macam penyakit sangat sering
muncul dan secara tidak disadari baik manusia maupun hewan terjangkit dan
mengidap penyakit. Penyakit-penyakit yang muncul disebabkan oleh mikroorganisme
baik bakteri maupun virus, dan tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh
keadaan lingkungan yang tidak mendukung untuk dijadikan tempat tinggal. Secara
tidak langsung penyakit tersebut akan menular dan berakibat pada munculnya
wabah yang kadang sulit untuk dikendalikan.
Berbagai macam penyakit yang muncul umumnya sulit
terdeteksi dan kalaupun bisa dilakukan pendeteksian sebagian besar mengabaikan
adanya pencegahan secara dini. Akibatnya wabah penyakit cepat menyebar dan
sulit dikendalikan.
Selain manusia hewan pun mudah untuk terjangkit
penyakit. Tentunya hal ini sangat disayangkan apabila yang terkena adalah hewan
kesayangan yang telah kita pelihara dan kita rawat dengan sebaik mungkin.
Hewan-hewan yang sering dipelihara adalah anjing dan kucing. Maka dari itu
dirasa sangat penting untuk melakukan pencegahan agar hewan peliharaan kita
tidak mudah terserang penyakit. Dan yang lebih menghawatirkan lagi adalah
hewan-hewan peliharaan itu terbilang cukup dekat dengan pemeliharanya, sehingga
dihawatirkan penyakit yang diidap oleh hewan peliharaan dapat menular ke
manusia. Oleh karena itu untuk mencegah adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut
di atas perlu adanya pencegahan sejak dini.
Adapun upaya pencegahan dini yang dapat dilakukan
untuk memperkecil kemungkinan adanya penularan penyakit dari hewan peliharaan
ke manusia adalah adanya pemeliharaan kebersihan yang baik terhadap tempat
makanan, tempat minuman, kandang, tubuh hewan peliharaan dan hal-hal lain yang
berpotensi dapat tertular oleh bakteri penyakit. Selain usaha tersebut perlu
adanya usaha lain yang berkaitan dengan sistem yang bekerja di dalam tubuh
yaitu dengan adanya pemberian vaksin. Baik vaksin yang diberikan sejak kecil
atau sebelum terkena penyakit maupun yang setelah terkena penyakit. Kegiatan
pemberian vaksin ini biasa disebut dengan vaksinasi. Untuk itu sangat penting
untuk mempelajari bagaimana vaksinasi ini dilakukan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang diambil pada penelitian in adalah sebagai berikut:
a.
Penyakit
apa saja yang menyerang kucing dan anjing?
b.
Bagaimana
vaksinasi yang bisa diberikan pada hewan tersebut?
c.
Bagaimana
reaksi tubuh kedua hewan tersebut terhadap vaksin yang disuntikkan?
C.
Penegasan Istilah
1.
Zoonosis
Zoonosis berasal dari bahasa Perancis
"zoonotic" yang artinya penyakit yang bersumber dari hewan dan dapat
ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah. Kejadian
wabah penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit.
2.
Vaksinasi
Proses vaksinasi adalah dengan
memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang
pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu
dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit.
3.
Imunoglobulin
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok
glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua
mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat.
Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul
antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan
memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui adanya penyakit yang
menyerang pada hewan piaraan khususnya pada anjing dan kucing yang dapat
menular pada manusia.
2.
Untuk mengetahui proses vaksinasi yang
diberikan pada kedua jenis hewan tersebut.
3.
Untuk mengetahui reaksi tubuh hewan
terhadap vaksin yang disuntikkan.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharap
banyak manfaat yang dapat diambil. Adapun manfaat yang dapat diambil meliputi:
1.
Memberikan
informasi khususnya pada mahasiswa dan masyarakat pada umumnya tentang penyakit
apa saja yang terdapat pada hewan yang bisa menular pada manusia.
2.
Dapat dijadikan referensi dalam upaya
pencegahan penyakit hewan yang kemungkinan menular pada manusia.
3.
Dapat memotivasi untuk melakukan pencegahan
secara dini terhadap munculnya wabah penyakit yang ditularkan oleh hewan.
BAB 11
ISI
A. Tinjauan Pustaka
1.
Anjing
Anjing
merupakan hewan sosial sama seperti
halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing
bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi
dengan manusia dan anjing yang lain. Orang senang memelihara anjing karena
anjing binatang yang pintar. Anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup
tinggi menurut penelitian ilmiah dan bukti-bukti lapangan.
Istilah
anjing mengacu pada anjing hasil domestikasi Canis lupus-familiaris.
Anjing pernah diklasifikasikan sebagai Canis familiaris oleh Linnaeus di
tahun 1758. Tapi di tahun 1993, Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli
Mamalia Amerika anjing ditetapkan sebagai subspesies serigala
abu-abu Canis lupus. Di Indonesia, anjing hutan yang asli pulau Sumatra
dan Jawa disebut Ajag.
Sebagian
ahli hewan sekarang sedang memperdebatkan anjing peliharaan tergolong binatang omnivora
atau karnivora
berdasarkan makanan yang dimakan. Klasifikasi ke dalam ordo karnivora tidak
berarti anjing harus makan daging melulu. Anjing peliharaan bisa bertahan hidup
sehat hanya dengan pakan vegetarian yang diramu dengan baik, khususnya yang mengandung susu dan telur. Tapi beberapa
sumber justru meragukan hal ini, anjing vegetarian dikuatirkan bisa mengalami
pembesaran otot jantung
Sebagian
makanan yang biasa dinikmati manusia bisa berakibat fatal bagi anjing, termasuk
di antaranya coklat
(keracunan Teobromina),
bawang bombay
(bawang merah),
buah anggur,
kismis,
beberapa jenis permen karet, pemanis buatan tertentu,[12]
dan kacang Makadamia. Sekarang
berhasil diketahui bahwa kakao adalah zat berbahaya bagi anjing, sedangkan coklat putih mungkin tidak
berbahaya.
Anjing
rentan terhadap berbagai penyakit, mulai yang ringan-ringan hingga yang
berbahaya. Beberapa penyakit di antara juga merupakan penyakit pada manusia,
tapi sebagian lainnya merupakan penyakit khusus anjing. Seperti halnya mamalia,
anjing juga rentan terhadap keletihan akibat cuaca panas, udara kelembaban
tinggi, atau perubahan temperatur yang drastis.
Penyakit
menular yang mudah menyerang anjing di antaranya penyakit rabies (anjing
gila), parvovirus, leptospirosis dan
distemper.
Penyakit bawaan pada anjing yang diturunkan secara genetik di antaranya
penyakit HD (kelainan formasi
persendian pangkal paha), kelainan sendi lutut (patellar luxation),
hingga epilepsi
dan kelainan katup pembuluh darah paru (pulmonal stenosis). Anjing
bisa menderita hampir semua penyakit yang bisa diderita manusia, mulai dari hipotiroidisme, kanker, sakit gigi,
hingga penyakit jantung.
Hewan
parasit yang sering menyerang bagian tubuh anjing bagian luar adalah berbagai
jenis kutu,
tungau
dan caplak.
Sedangkan hewan parasit yang hidup di dalam perut anjing adalah cacing gelang, cacing cambuk, cacing kait, dan cacing
tambang. Selain hewan-hewan yang disebutkan di atas ada juga bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit bagi anjing, yaitu salah satunya adalah Leptospira sp.
2. Zoonosis pada hewan peliharaan
Zoonosis berasal dari bahasa Perancis
"zoonotic" yang artinya penyakit yang bersumber dari hewan dan dapat
ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah. Kejadian
wabah penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit. Badan / lembaga internasional yang mengurusi
penyakit ini adalah OIE ( Organitation International of Epizootic) yang berada
di bawah naungan lembaga kesehatan PBB yaitu WHO. Untuk Negara berkembang
seperti Indonesia, penyakit zoonosis menjadi ancaman yang paling serius
sehingga penyakit zoonosis ini mendapat perhatian khusus dari departemen
kesehatan Republik Indonesia. Untuk menangani penyakit zoonosis ini departemen
kesehatan bekerja sama dengan Dirjen peternakan dan Dirjen kesehatan hewan.
Indonesia sampai sejauh ini selalu
dirundung masalah penyakit zoonosis ini dan seolah-olah kasus penyakit zoonosis
silih berganti menyerang Indonesia. Kejadian wabah penyakit zoonosis yang
paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
virus misalnya penyakit mulut dan kuku pada sapi, influenza pada unggas dan
babi, dan rabies pada anjing, kucing, dan kera. Penyakit rabies pada anjing,
kucing, dan kera disebabkan oleh Rhabdovirus. Penularan ke manusia biasanya
karena disebabkan oleh gigitan hewan yang terjangkiti. Virus rabies masuk ke
manusia melalui gigitannya dan virus ini akan menyebar ke susunan system saraf
manusia hingga ke otak dan akan menyebabkan kematian. Untuk penyakit zoonosis
yang disebabkan bakteri dan pernah mewabah di Indonesia yaitu anthrax. Bakteri
penyebab anthrax yaitu Baccillus Anthraxis yang sering menyerang sapi.
Penularan ke manusia disebabkan manusia mengkonsumsi daging yang mengandung
virus anthrax. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
parasit misalnya toxoplasma gondii. Parasit ini sering ditemukan pada kucing
dan kambing. Pada kucing biasanya ditularkan karena manusia sering kontak
langsung dengan kucing, air liur kucing, dan perabotan makan manusia yang
dijilati oleh kucing. Pada kambing ditularkan jika manusia mengkonsumsi daging
kambing yang belum matang, biasanya berupa sate ataupun steak. Efek yang
ditimbulkan bagi wanita hamil adalah keguguran, dan pada pria dapat menyebabkan
kemandulan.
3. Leptospirosis
Leptospirosis
merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan
dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak sekali jenis
sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari
tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya efektif untuk
beberapa jenis (strain) saja.
4. Vaksinasi
Proses vaksinasi adalah dengan
memasukkan agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang
pembentukan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu
dan aman untuk tidak menimbulkan penyakit.
Prinsip dasar vaksinasi yaitu untuk
menginduksi respon imun spesifik hewan terhadap patogen tertentu bukan terhadap
penyakit. Saat hewan terpapar agen penyakit, tubuh akan berespon melalui sel - sel
imun untuk menolak dan menghancurkan agen penyakit tersebut. Bila kemampuan sel
- sel imun tidak sebanding dengan agen penyakit yang menyerang, maka hewan akan
terjangkit penyakit dan ditandai dengan munculnya gejala klinis. Pada kondisi
ini, vaksinasi justru tidak dapat dilakukan karena dapat menambah beban kerja
sel - sel imun untuk menangkis agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Hewan yang baru lahir akan memperoleh
kekebalan pasif dari susu induk dimana antibodi yang didapat dari induk ini
memberikan imunitas secara lokal. Vaksinasi sebaiknya dilakukan mulai umur 6-8
minggu, karena pada umur ini antibodi yang diterima dari induk mulai berkurang.
Mulai umur 4 minggu sistem imun anak anjing maupun kucing mulai berkembang dan
menghasilkan antibodi yang beredar dalam darah. Imunitas pasif yang bersifat
sistemik ini melindungi hewan dari agen penyakit yang memasuki pembuluh darah
melalui infeksi lokal baik pada kulit maupun mukosa membran saluran respirasi,
gastrointestinal maupun urogenital. Namun karena fungsi imunitasnya yang baru
berjalan di usia 4 minggu, sedangkan di usia 6-8 minggu imunitas dari induk
mulai berkurang, maka besar kemungkinan anak anjing dan kucing sangat rentan
terserang penyakit di usia ini.
Untuk pencegahan terhadap penyakit menular
tertentu, sel-sel imun anak anjing maupun kucing harus siap baik dalam hal
kapasitas maupun kuantitas untuk melindungi tubuh dari agen penyakit yang
masuk. Itulah sebabnya mengapa vaksinasi penting diberikan, karena dengan
vaksinasi inilah sistem imun anak anjing maupun kucing diinduksi untuk
menghasilkan kekebalan yang cukup terhadap agen penyakit dan mengurangi resiko
fatal saat terserang agen penyakit terutama penyakit menular yang contagious.
Berikut adalah jadwal vaksinasi yang
teratur pada anjing:
6-8 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DP (Distemper dan Parvovirus)
- Pemberian obat cacing
10-12 minggu :
- Pemberian umum
- Vaksinasi PiBr (Parainfluenza dan
Bordetella)
14-16 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPI (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis dan Parvovirus)
20 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPII+R (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
5 bulan (khusus untuk anjing yang belum pernah divaksin)
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLP +R (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang
setiap tahunnya untuk menjaga kandungan antibody tetap tinggi.
Sedangkan pada kucing sebagai berikut:
Usia 6-8 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan
panleukopenia
Usia 8-12 minggu: rhinotracheitis, calicivirus dan
panleukopenia
Usia 12-16 minggu: rhinotracheitis, calicivirus,
panleukopenia dan rabies
Setelah itu diberikan vaksin booster
diberikan setahun kemudian. Vaksin tahun-tahun berikutnya dapat anda konsultasi
kan pada dokter hewan setempat sesuai dengan kasus yang terjadi di daerah
tempat anda tinggal.
Vaksinasi terhadap leptosporosis adalah salah satu cara untuk
memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada belum dapat
memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Pada kucing tidak tersedia
vaksin Leptospira karena infeksi pada kucing sangat jarang terjadi.
Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing selama 6-8 bulan. Anjing
dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan vaksinasi dua kali dalam
setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu sebaiknya tidak menggunakan
vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter hewan memberikan vaksinasi
pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Di karenakan infeksi Leptospira yang
dapat berakibat fatal maka disarankan bagi anda yang memiliki anjing untuk
berkonsultasi dengan dokter hewan anda.
5. Reaksi Tubuh Hewan
Beberapa hewan mengalami reaksi tubuh setelah vaksinasi seperti
demam dan rasa sakit pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada hewan muda yang
menyebabkan mereka kehilangan napsu makan dan terlihat lebih banyak
beristirahat. Sebagian kecil dari populasi hewan dapat mengalami reaksi alergi
pasca vaksinasi yang lebih parah, seperti wajah membengkak dan bahkan muntah,
namun reaksi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemberian
antihistamin. Jika hewan kesayangan anda pernah mengalami reaksi pasca
vaksinasi demikian, janganlah anda menghindari vaksinasi berikutnya, namun
sebelum melakukan vaksinasi beritahulah dokter hewan anda tentang hal ini
sehingga reaksi alergi dapat dicegah.
B. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Observasi
Waktu :
Tempat: Klinik hewan/ Praktik Hewan Griya Satwa Lestari yang terletak di
Jl. Singosari Raya 30 Semarang.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah hewan yang biasa
dipelihara dan dijadikan binatang kesayangan di rumah.
b. Sampel
Untuk sampel yang dipilih adalah anjing dan
kucing, dengan pertimbangan kedua jenis hewan ini adalah yang dominan dijadikan
hewan peliharaan dan bahkan ada yang menjadikannya sebagai hewan kesayangan.
Sehingga adanya kontak dengan si pemilik akan lebih sering. Maka dari itu
kemungkinan terjadi penularan juga lebih besar.
3. Variabel Penelitian
a.
variabel
bebas : penyakit menular
karena anjing dan kucing,
b.
Variabel
terikat : pemberian vaksin, dan
reaksi tubuh terhadap vaksin.
4. Alat dan bahan Penelitian
a.
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain sebagai
berikut:
a)
Alat
tulis untuk mencatat hal-hal yang penting
b)
Kamera
digital untuk mendokumentasikan kegiatan observasi
b.
Bahan/
sumber data
a)
Dokter
hewan di tempat observasi
b)
Anjing
dan kucing yang dijadikan sampel observasi
5. Prosedur Penelitian
a. Mencari literatur tentang penyakit
zoonosis, vaksinasi dan sistem imun dari berbagai sumber baik buku,
internet, koran maupun majalah.
b. Menyusun proposal layaknya proposal
penelitian dengan melakukan kajian-kajian berdasarkan informasi yang telah
diperoleh.
c. Melakukan konsultasi dengan dosen pengampu
tentang rencana observasi yang akan dilakukan.
d. Mempelajari kembali dan menganalisis
proposal tentang rumusan masalah dan prosedur penelitian serta mementukan waktu
yang pasti kapan dilaksanakan observasi.
e. Melakukan observasi di Klinik hewan, dan
melakukan wawancara dengan dokter yang menangani penyakit pada anjing dan
kucing pada khususnya, kemudian berusaha menggali informasi sebanyak mungkin
untuk memperjelas pemaahaman tentang vaksinasi yang dilakukan.
f. Menganalisis data yang telah diperoleh
dari dokter, kemudian melakukan pembahasan terhadap data tersebut. Dalam
melakukan analisis ini ditekankan pada jenis penyakit yang biasanya menular
pada manusia, pemberian vaksin dan reaksi tubuh anjing dan kucing terhadap
vaksin tersebut.
g. Melakukan koreksi ulang serta menelaah
kembali pembahasan dari laporan yang telah disusun.
h. Menarik kesimpulan dari pembahasan hasil
observasi.
C. Hasil Penelitian
Bedasarkan observasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal 18 Mei 2010 di
klinik hewan / Praktik Hewan Griya Satwa Lestari yang terletak di Jl. Singosari
Raya 30 Semarang, diperoleh data sebagai berikut:
1. Penyakit-penyakit yang biasa diderita
hewan pelihara (kucing dan anjing) antara lain:
a. Penyakit pada kucing
1)
Toksoplasma
: berdasarkan keterangan dari narasumber, penyakit ini belum ada vaksinya
2)
Penyakit
lain yang banyak disebabkan oleh jamur
b. Penyakit pada anjing
1)
Rabies
Biasa
disebut juga penyakit anjing gila merupakan penyakit yang paling ganas pada
hewan karena dapat membunuh hewan yang terkena penyakit ini dan dapat pula
menular pada manusia. pada
prakteknya rabies yang terdapat pada anjing, kasusnya sudah jarang dimukan
sejak tahun 1997 terutama di wilayah Semarang.
Tiga
golongan mengenai penyakit ini:
a)
Stadium Melancholium yang
mengakibatkan anjing terlihat gelisah, kehilangan selera minum danmakan.
b)
Stadium Exitatie yang dalam
beberapa hari saja dapat membuat anjing menggigit apa saja , lalu kabur sampai
beberapa jauh kilometer.
c)
Stadium Paraltycum yang dalam
waktu seminggu dapat membuat anjing menjadi lumpuh dan mati. Anjing biasanya
harus mendapat vaksinasi Rabies pada umur 5 bulan.
2)
Canine Distemper
Radius
penyebarannya dapat mencakup seluruh dunia, cara penularan penyakit ini melalui
sentuhan, dan udara. Biasanya menyerang anjing pada usia muda dan anjing dewasa
yang daya tahan tubuhnya tidak baik. Penyakit ini memiliki angka kematian yang
tertinggi , yakni 80% penderita .
Gejala-gejalanya
: demam, gelisah, tidak nafsu makan, mencret, keluar cairan ingus, batuk dan
radang paru-paru. Kadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit.. Tanda-tanda
pada syaraf meliputi kejang otot, kejang gagau, dan kelumpuhan . Anjing harus
sudah mendapatkan vaksinasi Distemper sebelum berusia 3 bulan.
3)
Parvo virus
Penyebaran
penyakit ini sama dengan penyakit Canine Distemper. Hanya 10 % dari penderita
penyakit ini yang bisa bertahan hidup. Gejalanya anjing mengalami diare dan
muntah karena virus ini menyerang pada bagian pencernaan. Penyakit ini hampir
sama dengan penyakit muntaber pada manusia. Anjing akan kehilangan banyak
cairan , muntah darah dan berak darah. Anjing harus mendapatkan vaksinasi Parvo
sebelum berumur 3 bulan.
4)
Leptosrirosis
Leptospirosis
merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan
dapat menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini memiliki banyak sekali jenis
sehingga sulit mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi. Untuk menghindari
tertularnya penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi, tapi hanya efektif untuk
beberapa jenis (strain) saja.
a)
Infeksi
Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan.
Leptospira penetrasi dan memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan.
b)
Gejala
Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas tinggi, menggigil, dan otot menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada hati dan ginjal terlihat.
Pada infeksi subakut, gejala yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu makan menurun, dehidrasi, dan rasa haus yang meningkat. Anjing akan menjadi pendiam/malas karena rasa sakit pada otot dan ginjal. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir (ikterus). Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah infeksi berjalan selama 2-3 minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak memperlihatkan gejala yang signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Pada kejadian akut hewan akan mengalami panas tinggi, menggigil, dan otot menjadi lemah. Muntah dan dehidrasi. Beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada hati dan ginjal terlihat.
Pada infeksi subakut, gejala yang terlihat antara lain, demam, muntah, nafsu makan menurun, dehidrasi, dan rasa haus yang meningkat. Anjing akan menjadi pendiam/malas karena rasa sakit pada otot dan ginjal. Gangguan pada organ hati akan menimbulkan warna kuning pada kulit dan selaput lendir (ikterus). Gangguan pada hati dan ginjal akan terlihat setelah infeksi berjalan selama 2-3 minggu. Pada anjing yang mengalami infeksi kronik atau tanpa gejala (subklinik) tidak memperlihatkan gejala yang signifikan. Bakteri akan berada dalam urin selama berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
c)
Terapi
Pemberian
antibiotik seperti penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi,
dan kontrol muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan
yang intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan
kemungkinan harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut
menjadi hewan carrier.
d)
Cara Penularan ke manusia
Manusia
terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah
dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke
dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang
lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi
leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.
2. Vaksinasi
Berdasarkan keterangan dari
narasumber anjing yang dalam kondisi sakit tidak diizinkan untuk langsung diberi
vaksin, melainkan dikarantina terlebih dahulu atau dipulihkan terlebih dahulu kekebalah
dalam tubuhnya. Hal tersebut dikarenakan pada prinsipnya vaksinasi tersebut
adalah upaya memasukkan
agen penyakit yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan
daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu dan aman untuk
tidak menimbulkan penyakit, sehingga apabila hewan yang akan divaksin dalam
keadaan sakit maka akan menimbulkan sakit baru atau sakit yang dideritanya
lebih parah.
Berikut adalah program
vaksinasi yang dianjurkan oleh dokter:
6-8 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DP (Distemper dan Parvovirus)
- Pemberian obat cacing
10-12 minggu :
- Pemberian umum
- Vaksinasi PiBr (Parainfluenza dan
Bordetella)
14-16 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPI (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis dan Parvovirus)
20 minggu :
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLPII+R (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
5 bulan (khusus untuk anjing yang belum
pernah divaksin)
- Pemeriksaan umum
- Vaksinasi DHLP +R (Distemper, Hepatitis,
Leptospirosis, Parvovirus dan Rabies)
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk
menjaga kandungan antibody tetap tinggi.
Sedangkan pada kucing sebagai berikut:
Usia 6-8 minggu: rhinotracheitis,
calicivirus dan panleukopenia
Usia 8-12 minggu: rhinotracheitis,
calicivirus dan panleukopenia
Usia 12-16 minggu: rhinotracheitis,
calicivirus, panleukopenia dan rabies
Setelah itu diberikan vaksin booster
diberikan setahun kemudian. Dan dianjurkan pula untuk diberikan vaksin tiap
tahunnya.
3. Reaksi Tubuh Hewan
Kebanyakan hewan yang telah divaksinasi tidak menunjukan reaksi
dalam tubuhnya, ttetapi ada juga beberapa hewan mengalami reaksi tubuh setelah
vaksinasi seperti demam dan rasa sakit pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada
hewan muda yang menyebabkan mereka kehilangan napsu makan dan terlihat lebih
banyak beristirahat. Sebagian kecil dari populasi hewan dapat mengalami reaksi
alergi pasca vaksinasi yang lebih parah, seperti wajah membengkak dan bahkan
muntah, namun reaksi ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui
pemberian antihistamin.
D.
Pembahasan
Bedasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan berkaitan dengan parasit, terutama parasit
pada anjing yang menjadi khasus penelitin ini adalah parasit bakteri Leptospira sp yaitu kuman patogen dan digolongkan sebagai zoonosis. Menurut penjelasan
dari nara sumber Bakteri ini menyerang bagian ginjal dan hati sehingga anjing
mengalami gangguan kesehatan seperti menunjukkan gejala, yaitu demam mendadak,
keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun dan mata
makin lama bertambah kuning. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah
hujan tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan
lingkungannya kurang diperhatikan terutama pembuangan sampah.
Anjing
yang digunakan untuk pengamatan adalah anjing yang dirawat di klinik tersebut
dengan khasus terinfeksi bakteri leptospira
sp, kondisi fisik yang terlihat yaitu badannya kurus, mata terlihat kuning,
sering muntah, depresi dan pobia terhadap manusia.
Leptospira penetrasi dan
memperbanyak diri pada membran mukosa atau kulit lalu akan masuk ke dalam
aliran darah. Selanjutnya akan menginfeksi organ ginjal, hati, limpa, sistem
saraf, mata dan saluran pencernaan. Bakteri ini lebih tahan lama dalam organ
ginjal dan dapat bertahan selama beberapa minggu atau sampai sebulan dalam
urin. Setelah 7-8 hari post infeksi, hewan akan dapat bertahan, kerusakan pada
hati dan ginjal tidak terlalu kelihatan. Tapi pada beberapa kasus anjing akan mengalami Suhu
badan rendah (hipotermia) dan dapat terjadi kematian sebelum kerusakan pada
hati dan ginjal terlihat.
Vaksinasi
merupakan salah satu cara untuk
memproteksi hewan dari infeksi Leptospira. Saat ini vaksin yang ada belum dapat
memproteksi hewan dari semua strains Leptospira. Vaksin untuk penyakit
leptospirosis bersifat gabungan antara lain vaksin parvo, vaksin disentamper,
vaksin parainfluenza, vaksin hepatitis, vaksin koronavirus dan vaksin
leptospirosis.
Vaksin Leptospira dapat memproteksi anjing
selama 6-8 bulan. Anjing dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat dilakukan
vaksinasi dua kali dalam setahun. Vaksinasi pada anjing di bawah 8 minggu
sebaiknya tidak menggunakan vaksin yang mengandung Leptospira. Biasanya dokter
hewan memberikan vaksinasi pertama pada anjing umur 12-16 minggu. Infeksi
Leptospira dapat berakibat fatal maka disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter hewan apabila akan dilakukan faksinasi, karena hewan harus dalam kodisi
sehat. Misalkan hewan terebut mengalami gangguan pencernaan seperti diare maka
harus diobati terlebih dahulu sampai benar-benar sembuh agar tidak lebih parah
karena pada prinsipnya tubuh akan membentuk antibody terhadap vaksin tersebut
dalam keadaan sehat.
Beberapa
hewan mengalami reaksi tubuh setelah vaksinasi seperti demam dan rasa sakit
pada otot. Reaksi ini umum terjadi pada hewan muda yang menyebabkan mereka
kehilangan napsu makan dan terlihat lebih banyak beristirahat. Sebagian kecil
dari populasi hewan dapat mengalami reaksi alergi pasca vaksinasi yang lebih
parah, seperti wajah membengkak dan bahkan muntah, namun reaksi ini sebenarnya
dapat dicegah dengan mudah melalui pemberian antihistamin Jika hewan pernah
mengalami reaksi pasca vaksinasi demikian. Pemberian antibiotik seperti
penisillin dan derivatnya, infus untuk mengatasi dehidrasi, dan kontrol
muntahnya merupakan realisasi dari gangguan hati dan ginjal. Perawatan yang
intensif dibutuhkan pada saat hewan menunjukkan gejala penyakit dan kemungkinan
harus diberikan pengobatan setelahnya untuk mencegah hewan tersebut menjadi
hewan carrier.
Leptospirosis
menular antar hewan terjadi melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi,
melalui kontak kelamin pada saat pacak (venereal) dan
penularan induk ke janin (placental) dan luka gigitan. Peningkatan
infeksi paling sering terjadi di kennel. Penularan secara tidak langsung
terjadi karena terkontaminasinya sumber air, tempat makanan, tempat minuman dan
kandang. Habitat Leptospira yaitu pada air yang tergenang dan air yang mengalir
lambat. Biasanya penyakit akan meningkat pada musim banjir. Pada daerah kering,
infeksi terjadi di daerah sumber air. Tikus adalah salah satu hewan yang biasa
disebut sebagai hewan carrier yang dapat menyebarkan bakteri ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah kami lakukan dan pembahasan diatas, dapat disimpulakan:
1.
Zoonosis merupakan penyakit yang bersumber dari hewan dan
dapat ditularkan kepada manusia yang nantinya akan berkembang menjadi wabah.
2.
Leptospirosis merupakan salah
satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp.dan
dapat menyerang hewan dan manusia.
3.
Gejala dari penyakit
leptospirosis yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual,
muntah, nafsu makan menurun dan mata makin lama bertambah kuning dan sakit otot
hebat terutama daerah betis dan paha.
4.
Bagian tubuh yang diserang
bakteri Leptospira sp yang dapat
menyebabkan kematian adalah bagian hati dan ginjal.
5.
Gabungan vaksi yang digunakan
untuk mengatasi penyakit leptospirosis pada anjing adalah vaksin parvo, vaksin
disentemper, vaksin parainfluensa, vaksin hepatitis, vaksin coronavirus dan
vaksin leptospirosis.
B.
Saran
Setelah dilakukan
penelitian adapun saran yang dapat
disampaikan antara lain:
1.
Menjaga kebersihan tempat
makanan dan minuman serta kandang anjing dari potensi terinfeksi bakteri atau
virus parasit.
2.
Melakukan vaksinasi secara bertahap
sesuai dengn program yang dianjurkan dokter.
3.
Membersihkan diri setelah
melakukan kontak langsng dengan hewan peliharaan dan yang terpenting adalah
Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Langganan:
Komentar (Atom)
